EVERY DAY IS AN ANNIVERSARY

EVERY DAY IS AN ANNIVERSARY

Peringatan ulang tahun pernikahan menjadi sangat bermakna dan menjadi hari yang paling ditunggu-tunggu bagi sebagian pasangan.

Ada sebagaian dari mereka yang mengajak pasangannya ke restoran, membuat nasi kuning di rumah atau mungkin hanya sekedar bertukar kado.

Namun banyak juga yang melewatkan begitu saja. Akan tetapi, baik merayakan maupun tidak tentu, saya yakin sama sekali tidak mengurangi esensi dari sebuah pernikahan. Toh orang tua zaman dahulu tanpa perayaan ulang tahun pun hubungan mereka tetap langgeng.

Kalau buat saya pribadi sebagai generasi zaman now, ulang tahun pernikahan boleh-boleh saja dirayakan. Terlepas dari segala pro kontra mengenai asal muasal darimana peringatan ini muncul. Tetapi yang saya pahami, Islam juga menempatkan posisi penting mengenai perjanjian suci ini.

Dalam Islam, pernikahan bukan hanya perjanjian biasa tetapi sebagai perjanjian suci. Al-Qur’an membahasakannya dengan kata mitsaqan ghaliza. Tak tanggung-tanggung, mitsaqan ghaliza ini disejajarkan dengan perjanjian antara Allah dengan Rasul berpredikat ulul azmi.

Saat janji pernikahan diikrarkan, maka jatuh lah tanggung jawab suami untuk menyelamatkan keluarganya dari jilatan api neraka. Jika keluarganya saja dijaga apalagi dirinya sendiri.

Begitu pula sebagai konsekuensinya, sang istri berkewajiban untuk taat, patuh dan berupaya agar suaminya ridha kepadanya karena jika ia ridha maka Allah pun akan ridha. Jika Allah ridha maka sudah pasti segala ketenangan, ketentraman bahkan syurga dengan segala kesenangan di dalamnya adalah balasannya.

Jadi nggak ada salahnya dong memperingati hari perjanjian agung itu? Kemasannya bisa apa saja. Kue tar kah? Candle light dinner kah? Nasi kuning kah? Tetapi esensi sesungguhnya tentu tidak lain sebagai ekpresi rasa syukur dan memanjatkan doa.

EVERY DAY IS AN ANNIVERSARY

Happy anniversary untuk kita wahai suamiku tercinta...
Tiga tahun sudah janji suci itu kita ikrarkan...

Tempaan demi tempaan telah kita arungi. Bahkan saat ingin menikah pun ketangguhan kita sudah diuji. Kita sama-sama berasal dari keluarga sederhana. Sedangkan menyatukan keluarga dari Lampung – Magelang memerlukan biaya yang tidak sedikit. Namun bagi Ia Yang Maha Kaya. Semuanya berjalan begitu mulusnya.

Di awal tahun pernikahan, kita ditempa untuk bisa menuntaskan studi S2 mu. *Bagi istri yang suaminya sedang kuliah tau lah ya bagaimana rasanya.

Tahun kedua pernikahan, kita teramat bahagia atas kehadiran putri pertama di tengah keluarga kecil kita. Lalu, godaan untuk kembali bekerja di ranah publik datang silih berganti. Ah, rasanya aku adalah orang terplin-plan di dunia saat itu. Sempat terbesit untuk tergoda, namun kemudian berhasil memantapkan diri untuk menjalani peran sebagai full time mom. Supportmu luar biasa kala itu.

Kini kita tengah memasuki tahun ketiga pernikahan. Rasanya masih tidak percaya kita bisa melalui semua ujian itu. Entah apa yang terjadi jika melaluinya seorang diri.

Suamiku...
Terimakasih untuk kado spesialnya berupa: jalan-jalan, memberikan waktu metime menghabiskan sebuah novel dan kejutan istimewa telah mencucikan 2 ember baju 😁😁.

Semoga momen spesial ulang tahun pernikahan tidak hanya kita rayakan sekali dalam setahun tetapi setiap hari bahkan setiap waktu because every day is an anniversary.

Ada satu nasihat yang tidak sengaja saya dapatkan saat membaca bukunya Irma Rahayu.

Syukuri keberadaan pasanganmu jika sudah memilikinya. Dengan sejuta pesona sekaligis seribu busuknya. Karena percaya lah, jikalau dia kau maki karena kekurangannya membuatmu sakit hati, tapi saat ia pergi, maka kau akan langsung mati.

πŸ˜‚πŸ˜‚πŸ˜‚πŸ˜‚πŸ˜‚πŸ˜‚πŸ˜‚ 

Taman Fasco, 14 Juli 2019

Comments
0 Comments

0 comments