DAY (3) - Game Level 2 - Melatih Kemandirian

MENGAMBIL MAINAN SENDIRI 




Assalamualaikum Moms ❤❤

Masih seputar melatih kemandirian anak di area bermain, kali ini bunda Fazza akan mendokumentasikan progress Fazza yang bersedia mengambil mainannya sendiri.


Menyabotase Kemandirian

Maria Montessori menemukan penemuan penting bahwa anak usia 1-6 tahun memiliki ketertarikan terhadap kemandirian. Pada dasarnya: tidak ada anak pemalas. Yuk Moms, mari kita amati anak kita. Betapa mereka sangat ingin melakukan semuanya sendiri. Bahkan terkadang di atas kemampuanya. Beberapa kali Fazza mengamuk hanya gara-gara ingin melakukan sesuatu tanpa bantuan bundanya.

Atas dasar kasih sayang. Atas dasar “biar cepet”. Atas dasar ingin memudahkan. Tanpa sadar ternyata kita orang tua telah menyabotase kemandirian anak. Nah, menyabotase kemandirian anak ini akan berakibat fatal, karena bisa saja ia akan beranggapan “ah, memang aku ini tidak bisa”. Jika demikian, menyabotase kemandiriannya sama halnya dengan mengikis rasa percaya dirinya. 

Tidak bermaksud menakut-nakuti faktanya telah banyak kita jumpai di lapangan, anak sudah dewasa tapi belum survive terhadap kehidupan. Sudah menikah masih saja nyadong pemberian orang tua.

Mengambil Mainan Sendiri

Bersyukur kini saya tersadar bahwa sebenarnya memudahkan segala hal di masa kini akan menyulitkan ia di masa mendatang. Nah, kesempatan belajar di kelas Bunda Sayang ini akan saya gunakan sebaik mungkin sebagai bahan evaluasi serta sebagai ajang untuk naik kelas menjadi pendidik terbaik untuk Fazza.

Hari ini saya telah memulai dari hal paling sederhana. Indikatornya juga sangat sederhana “mau mengambil mainan sendiri”. Meski tampak sederhana, nyatanya ia masih berberat hati meakukan karena sudah terbiasa dibantu 🙈🙈

...

Kami sedang bermain masak-masakan. Fazza ingin memasak telur, tetapi ia enggan mencari meski sebenarnya ada persis di sebelahnya.

Fazza: “Iyung mana?” (red. telurnya dimana)
Bunda: “Dimana ya?”
Fazza: (Mulai merengek) “Manaa..?”
Bunda: Fazza boleh cari dulu.
Fazza: “Huhh… (tampak kesal karena tidak dibantu). “Hmm, mana.. mana…” (berupaya mencari) “Iniii…”
Bunda: “Wahh, itu dia. Fazza hebat bisa menemukan telur”
Fazza: “Hebat.. Hebat.. Yeayy”

Beberapa saat kemudian ia ingin mengambil flash card, rupanya dia ingin bermain seperti kemarin mencocokkan mainan masak-masakan dengan gambar yang ada di flash card.

Fazza: “Iyung ambing” (red. ambilkan telur)
Bunda: “Ini telur”
Fazza: “Bukang” (red. bukan) “Ituu…” (menunjuk flash card)
Bunda: “Fazza bisa ambil sendiri.”
Fazza: “Huhh..” (mengambil flash card)
Bunda: “Mana gambar telurnya?”
Fazza: “Inii…” (Matanya berbinar)

Alhamdulillah hari ini Fazza mau mengambil mainannya sendiri, meski masih berberat hati. Memang karena kesalahan bunda yang seringnya tidak mau ribet. Langsung memberi tau letaknya. Langsung memberi bantuan saat mengambilnya.

Terlepas dari semua itu, ada pelajaran berharga yang Fazza dapatkan bahwa melakukan sesuatu dengan jerih payah sendiri akan terbayarkan dengan rasa kepuasan di hati.
Bunda menyayangimu nak 😚😚

Referensi
Vidya Dwi Paramita. 2018. Jatuh Hati Pada Montessori. Jakarta: PT. Bentang Pustaka.
www.parenting.id 

#hari3
#gamelevel2
#tantangan10hari
#melatih kemandirian
#kuliahbundasayang
@institut.ibu.profesional