NHW (7) - Matrikulasi

Tahapan Menuju Bunda Produktif


Assalamualaikum Moms...

Produktifitas dalam Perspektif Institut Ibu Profesional

Menjadi bunda produktif tentu sangat didambakan oleh setiap ibu. Bahkan sampai tidak dapat dibedakan antara ibu yang memang produktif atau “gila-gilaan bekerja”. Produktif berarti memiliki kemampuan untuk menciptakan banyak hasil kerja yang berkualitas dan berdampak bagi keluarga dan sekitarnya.

Jadi, ada perbedaan mendasar antara produktif dan sangat sibuk. Orang sibuk cenderung mempunyai seabrek kegiatan, akan tetapi terkadang tidak fokus terhadap tujuan tertentu. Adapun produktif adalah orang dengan beberapa aktifitas, namun setiap aktifitasnya selalu mempunyai tujuan ke depan dan bermanfaat. 

Bunda produktif dalam perspektif Institut Ibu Profesional tidak selalu dinilai dengan apa yang tertulis dalam angka dan rupiah, melainkan apa yang bisa dinikmati dan dirasakan sebagai sebuah kepuasan hidup, sebuah pengakuan bahwa dirinya bisa menjadi ibu yang bermanfaat bagi banyak orang.

Produktivitas dapat kita bentuk dengan cara menggali potensi agar kita bisa berkontribusi secara maksimal. Tentu akan sangat berbeda hasilnya jika kita belajar dan bekerja di bidang yang paling sesuai dengan bakat dan keunikan kita.

Pemetaan Bakat

Menggali bakat merupakan hal yang gampang-gampang susah. Siapa yang tak kenal dengan Kak Seto? Siapa sangka jika Mantan Ketua Komisi Perlindungan Anak itu dulu sangat ambisius sekali ingin masuk Fakultas Kedokteran. Berkali-kali mengikuti tes tetapi selalu gagal. Lalu dia pun nekat minggat ke Jakarta dengan bermodal teman kanal di Kereta Api demi mengikuti seleksi FK kembali yang diselenggarakan di Jakarta. Tetapi, gagal lagi dan gagal lagi. 

Sampai ia pun harus bekerja menjadi kuli bangunan dan tukang parkir demi untuk bertahan hidup. Singkat cerita, ia tertarik dengan acara “Sore Anak” yang ditayangkan di TVRI lalu ia tergerak menyalurkan kecintaannya kepada dunia anak dimana ia benar-benar suka di bidang tersebut. Ia pun mendatangi Bu Kasur lalu menyampaikan hasratnya bergabung menjadi presenter. Disini lah awal kegemilangannya dimulai. 

Berkaca dari kisah Kak Seto ini bisa diibaratkan seperti seekor ikan yang memaksakan dirinya terbang. Padahal terbang adalah sisi kelemahannya. Beruntung pada saat itu Kak Seto mampu menemukan passion-nya dan terbukti hasilnya luar biasa.  Bahkan, sering kali ia ditawari menjadi politisi namun ia selalu tegaskan “Saya tidak punya kecakapan apa-apa selain momong anak”.

Di zaman modern ini ada beragam tools yang sudah diciptakan oleh para ahli di bidang pemetaan bakat. Mulai dari yang berbayar hingga yang cuma-cuma alias gratisan. Bahkan banyak juga yang menyediakan secara online. Berikut beberapa alat tes yang pernah saya coba  berikut dengan hasilnya.
      
1. Tes IQ (Intelegencia Quotient)

Alat ini lahir dari psikolog Perancis bernama Alfred Binet di era tahun 1900-an untuk membuat tes rekruitment calon tentara dengan tujuan memberikan legitimasi siapa yang diterima dan tidak diterima sebagai calon prajurit. Seiring berjalannya waktu, tes IQ ini mulai diujicobakan bagi seleksi penerimaan masuk calon pekerja, hingga merambah ke sekolah-sekolah di seluruh dunia termasuk di Indonesia.

Meski kemudian berkembang penelitian bahwa hasil suatu tes IQ dianggap kurang relevan karena lebih fokus pada karakteristik matematika, diitambah lagi anggapan masyarakat bahwa tes IQ adalah faktor penentu kesuksesan seseorang, menurut saya tes ini masih relevan jika dimanfaatkan sebagai tes mental karena tidak dipungkiri ketika akan melanjutkan sekolah atau melamar pekerjaan pasti kita akan dihadapkan pada tes potensi akademik. 

Saya sendiri telah mengikuti tes IQ ini pada tanggal 22 November 2007, saat kelas IX di SMP N 3 Pakis tempat saya menamatkan bangku sekolah menengah. Tes IQ ini berguna bagi saya ketika melanjutkan ke tingkat sekolah atas serta rekomendasi penjurusan. Sehingga saya tidak kepayahan dan tidak asal saat menentukan pilihan. Berikut hasil Tes IQ 11 tahun yang lalu.




2. Multiple Intelligences Research (MIR)

Tes ini dikembangkan oleh Howard Gardner. Ia mengkritik teori Binet. Ia menyatakan bahwa semua anak terlahir pintar. Namun mereka pintar di bidangnya masing-masing. Antara satu orang dengan lainnya pasti berbeda, mereka memiliki keunikan dan kehebatannya masing-masing. Sehingga setiap orang tidak dapat dibanding-bandingkan kecerdasannya. Gardner membagi kecerdasan menjadi 8 macam, yakni: kecerdasan linguistic, logical-mathematical, visual-spatial, intrapersonal, interpersonal, musical, bodily-kinesthetic, dan naturalistic.

Saya beberapa kali telah mengikuti seminar multiple intelligences oleh bapak Munif Chatib dan senang membaca karya-karyanya. Dalam bukunya “Sekolahnya Manusia” ia pun menegaskan, Allah SWT tidak pernah memproduksi produk-produk gagal. Malah dalam bukunya tersebut ia membuktikan sebuah fakta bahwa banyak anak yang mempunyai hambatan, ketika multiple intelligences-nya dihargai dan terus dipantik, maka anak itu menjadi JUARA di bidangnya masing-masing.

Nah, saya pun penasaran ingin mengkonfirmasi kecerdasan menggunakan mesin multiple intelligences ini melalui laman www.edutopia.org dan berikut hasilnya.



      
3. Stifin

Konsep STIFIn ditemukan oleh Farid Poniman. Tes STIFIn ini mampu menjawab dua pertanyaan, yaitu: pertama, dimana belahan otak yang dominan? kedua, pada belahan otak yang dominan tersebut dimana lapisan otak yang dominan?.

Menurut STIFIn, otak dalam kepala bekerja secara komprehensif. Kelima belahan otak, semua bekerja secara bersamaan dan harmonis. Harmoni kebersamaan seluruh komponen otak dipimpin oleh sistem operasi otak yang berperan secara aktif sebagai pemimpin. Ketika salah satu belahan otak aktif berperan sebagai pemimpin, maka belahan otak lainnya akan berperan sebagai kabinet eksekutif dari belahan otak yang lain kemudian bekerja, pengambilan keputusan akhir tetap dilakukan oleh belahan otak yang berperan sebagai pemimpin yang aktif. Begitulah cara kerja sistem operasi otak, sebagai pemimpin harmoni kebersamaan.

Cara mengetahui potensi kecerdasan ala STIFIn adalah dengan menscan sidik jari. Nah, hasilnya akan langsung bisa diketahui kurang dari hitungan menit. Dalam konsep STIFIn, ada 5 mesin kecerdasan yakni: Sensing, Thingking, Intuiting, Feeling dan Insting.

Kebetulan di sekolah tempat saya mengajar dulu telah menggunakan sistem ini. Anak-anak belajar dikelompokkan sesuai dengan jenis kecerdasannya. Kemudian dipilihlah seorang guru mampu menaklukkan kecerdasan muridnya. Misalnya, saya yang memiliki kecerdasan Intuiting extrovert (Ie) menjadi mentor bagi murid-murid yang memiliki kecerdasan Sensing. Konon menurut STIFIn, menentukan pasangan hidup ideal juga bisa dilihat dari mesin kecerdasannya lho.

Nah, berikut adalah mesin kecerdasan yang saya miliki ala STIFIn yakni Intuiting extrovert (Ie).



4. Tes Strength Typology (ST-30)

Tes ini bisa dilakukan secara online di www.temubakat.com serta dapat dikonfirmasi langsung oleh penciptanya yaitu Abah Rama Royani. Kelebihan dari tes ini, kita dapat mengetahui gambaran kompetensi dan minat terhadap peran, memiliki sekitar 30 tipologi manusia yang terkait dengan kekuatan yang produktif dan sebagai personal brand dan self-awareness bagi seseorang.

Nah, berikut saya lampirkan hasil ST-30.



Konfirmasi Pemetaan Bakat

Nah, setelah mengetahui peta bakat kita, kita perlu mencocokkan dengan berbagai pengalaman kita. Apa benar sih, kecerdasan tersebut “aku banget”? Untuk itu saya akan uraikan dalam tabel berikut ini.

Mesin Kecerdasan
Konfirmasi
IQ
Saya mengiyakan hasil tes IQ tersebut karena memang saya tidak suka matematika, fisika, dan ilmu hitung lainnya. Adapun misalnya ketika saya mendapat nilai baik, itu karena hasil belajar mati-matian yang rasanya benar-benar tidak menyenangkan. Alat ini lalu saya gunakan ketika saya melanjutkan ke SMA, walau banyak guru yang menyayangkan dan merasa kecewa kenapa saya tidak memilih kelas IPA.
MIR
Saya juga setuju dengan hasil ini karena memang selain saya suka Bahasa saya juga berpotensi di bidang musical. Dari kecil suka sekali menyanyi, ngeband, paduan suara hingga menjadi guru vocal.
STIFIn
Kemistri ada pada “KATA”. Lagi-lagi selaras dengan hasil tes IQ dan MIR. Kekuatan saya ada di bidang Bahasa.
ST-30
Nah, kalau yang ini sepertinya saya kurang setuju karena  kekuatan menjadi analys yang suka sekali dengan data dan angka. It’s no. Saya saja menulis skripsi menggunakan metode kualitatif. Sepertinya ada kesalahn saat saya mengisi. Ada beberapa tipologi yang tidak saya pahami benar-benar.

Namun, hasil di bawahnya menyebutkan saya juga berpotensi sebagai creator dan educator. Ini justru hasil yang menurut saya “gue banget”.

Nah, dari hasil di atas jika disambungkan dengan NHW sebelumnya peran saya di muka bumi sebagai EDUCATOR sangat sesuai dengan potensi yang saya miliki dimana saya memang memiliki kekuatan linguistic dan musical yang baik. Guru yang artistik, suka keindahan, riang gembira dan tidak killer.

Konfirmasi Ulang

Tahapan belum selesai, kita masih harus benar-benar memastikan potensi kita dengan mengkonfirmasi ulang sekali lagi dengan cara mengisi kuadran berikut ini.