RIVIEW BUKU: TUHAN, MAAF, KAMI SEDANG SIBUK

RIVIEW BUKU:   TUHAN, MAAF, KAMI SEDANG SIBUK

IDENTITAS BUKU
Judul: Tuhan, Maaf, Kami Sedang Sibuk
Penulis: Ahmad Rifa’I Rif’an
Penerbit: PT Elex Media Komputindo Jakarta
Cetakan: ke-21 (Maret 2018)
Edisi: Revisi
Jumlah Halaman: 358 + vii halaman
Harga: P. Jawa Rp. 88.00,00
ISBN: 998150107

Buku ini ditulis oleh Ahmad Rifa’i Rif’an. Penulis muda bertalenta. Usia 27 tahun sudah menelurkan 50 judul buku. Banyak diantaranya best seller, termasuk buku yang sudah ke-21 kalinya dicetak ini. Fai (Panggilan akrab untuk Ahmad Rifa'i) menulis karyanya dalam keheningan malam selepas menghamparkan sajadah bercengkrama dengan Sang Kholik. Hmm, pantas saja… pembaca sampai dibuat tak kuat menahan air mata saat membuka lembar demi lembarnya.

Sekilas bila dilihat dari sampulnya, seolah buku ini hanya diperuntukkan bagi para pegawai kantoran. Tetapi nyatanya penuh kejutan. Di dalamnya akan banyak ditemukan renungan, inspirasi spiritual, ilmu dan semangat yang menggugah untuk siapa saja yang membacanya. Termasuk untuk kaum ibu-ibu seperti saya yang sok super sibuk ini 🙈🙈.

Buku bergenre religion & spirituality ini berisi empat tema besar. Sepertinya buku ini memang disusun berdasarkan klasifikasi kehidupan sejak remaja hingga beranjak tua.
Bagian 1: Menata Hati, Membenahi Nurani
Bagian 2: Rumahku, Syurgaku
Bagian 3: Memancarkan Cahaya Syurga di Tempat Kerja
Bagian 4: Memperkokoh Semangat dan Visi Hidup

(klik untuk memperbesar)
RIVIEW BUKU:   TUHAN, MAAF, KAMI SEDANG SIBUK RIVIEW BUKU:   TUHAN, MAAF, KAMI SEDANG SIBUK RIVIEW BUKU:   TUHAN, MAAF, KAMI SEDANG SIBUK

Tuhan, urusan-urusan dunia kami masih amat lah banyak.
Jadwal kami masih amatlah padat.
Kami amat kesulitan menyempatkan waktu untuk mencari bekal menghadap-Mu.
Tuhan, tolong jangan dulu Engkau menyuruh Izrail untuk mengambil nyawa kami, karena kami masih terlalu sibuk.
(hal. 9)

Potongan puisi di atas akan kita dapati saat baru saja membuka halaman awal bab Menata Hati, Membenahi Nurani. Hati terhentak, muka serasa ditampar. Ah, begitu lah saya selama ini yang seringkali luput akan panggilan-Nya.
“Nanggung ah, bentar lagi…”
“Lima menit lagi…”
“Capek banget… rebahan dulu”
Padahal sebenarnya Dia-lah Yang Maha Sibuk. Tak pernah sekalipun Dia telat memberi makan dan minum. Tak sekalipun Dia lalai menggilirkan siang dan malam. Tak sekalipun Dia lupa menerbitkan mentari di pagi hari.

Bahasan dilanjutkan dengan tema Baiti Jannati. Secara garis besar, penulis dalam bab ini ingin mengekplorasi trik dan tips Islam dalam menggapai kesuksesan dalam wilayah keluarga.

Di bagian ketiga penulis mengangkat tema tentang Memancarkan Cahaya Syurga dari Tempat Kerja. Dalam bab ini pembaca akan diajak memaknai ulang seluruh pekerjaan kita. Sudahkah ia dijadikan media penghambaan diri kepada Sang Pencipta? 

Buku ini ditutup dengan tema Memperkokoh Semangat dan Misi Hidup. Penulis motivasi pembaca agar sukses meraih empat tangga kesuksesan. Empat tangga kesuksesan tersebut yaitu materi --> bahagia --> kontribusi --> abadi.
Penulis menyimpulkan ide empat standar kesuksesan tersebut terinspirasi dari sosok tauladan dahsyat yaitu Rasulullah SAW. Rasulullah kaya. Populer di banyak Negara. Hidup bahagia dan bermanfaat bagi semesta. Rasulullah masuk syurga. CUKUP!

Buku ini memang cukup tebal. Membutuhkan cukup waktu untuk membacanya. Akan tetapi, materi yang disampaikan tidak muluk-muluk dan tema yang diangkat juga sederhana. So far, saya sangat menikmati saat membacanya. 

Sebagai penutup, ada satu benang merah yang membuat saya selalu terngiang setelah membaca keseluruhan dari buku ini, bahwa...

Kesibukan tak bisa dijadikan alasan untuk kita melalaikan Tuhan. Ahmad Rifa’i mengibaratkan seperti padi dan rumput. Jika menanam padi pasti rumput akan akan tumbuh. Tapi jika menanam rumput mana mungkin padi akan tumbuh?
Comments
0 Comments

0 comments