NHW (3) - Matrikulasi

Dari Rumah untuk Sebuah Peradaban

Assalamualaikum Moms..
Pada NHW #2 kali ini kami diajak untuk menemukan misi spesifik dari masing-masing anggota keluarga.
Lucunya kita diajak jatuh cinta lagi kepada pasangan kita lho. Hahaha.. yuk kita lihat bagaimana upaya bunda Fazza membangun peradaban.


Sang Maha Pencipta menghadirkan kita di muka bumi ini sudah dilengkapi dengan “misi spesifiknya”, tugas kita memahami kehendak-Nya. Kemudian, ketika kita dipertemukan dengan pasangan hidup kita untuk membentuk sebuah keluarga, tidak hanya sekedar untuk melanjutkan keturunan, atau hanya sekedar untuk menyempurnakan agama kita.

Lebih dari itu, kita bertemu dengan suami dan melahirkan anak, adalah untuk memahami apa sebenarnya “peran spesifik keluarga” kita di muka bumi ini.

Nah, agar mampu menemukan peran spesifik keluarga, kita perlu mengeksplorasi terlebih dahulu potensi masing-masing anggota keluarga, termasuk potensi lingkungan tempat kita tinggal saat ini. Berikut ini langkah yang saya tempuh dalam menemukan misi spesifik keluarga.

Menggali Potensi Pasangan Hidup

Sejenak bernostalgia peristiwa empat tahun yang lalu, saat dia mampu mencuri hati saya. Pemuda dengan segala kesederhanaannya membuat saya terbayang-bayang. Bagaimana tidak, di saat para mahasiswa berlomba mengenakan fashion terbaiknya, dia tampil apa adanya dengan baju khas “jemur, cuci, pakai” dan celana bahannya.

Belum sekalipun saya melihat dia memakai celana jeans atau celana pensil ngetat yang ngetren saat itu. Apalagi saat aku tahu bahwa dia tidak merokok. Ah, itu kan salah satu doa yang saya pinta pada Rabb-ku. Dalam hati saya pun berkata “dia pantas menjadi seorang ayah”.
Sebagai wujud rasa syukur dikaruniai pasangan hidup yang luar biasa. Saya buatkan sepucuk surat cinta untuknya.

Mengapa? Apakah masih perlu membuat surat cinta untuk suami?. Why not? Bahasa tulisan seringkali lebih matang lantaran diolah dengan pemikiran yang matang dan dibaca berulang-ulang.

“Dear Hubby”

Hubby…
Tak terasa sudah 2 tahun kita mengarungi bahtera rumah tangga.
Bahagia, canda, tawa, luka, air mata turut membersamai hari-hari kita.
Dan kini semakin berwarna karena hadirnya sang buah hati penyejuk jiwa.
Seorang putri cantic yang namanya kita ambil dari nama putri Nabi kita.

Hubby…
Maafkan aku yang terlalu focus dengan hal remeh-temeh.
Mengomel hanya karena kau lupa melipat sarung.
Marah-marah hanya karena kau lupa menjemur handuk.
Ngambek hanya karena kau tidur di sembarang tempat,
Cemberut hanya karena kau mengecek notification di HP.

Hingga aku lupa bahwa ribuan kebaikan dalam dirimu.
Kau mampu cairkan suasana.
Kau mampu menemaniku menekuni passionku.
Kau mau keluar dari zona nyamanmu demi membantu istrimu.

Dan kau menerimaku apa adanya diriku
Hingga jadilah aku dan kamu menjadi “kita”
“Tim tangguh” anti badai dan gempa.

Hubby…
Tetaplah membersamaiku
Tetap genggam erat tanganku
Mencintaiku dengan cinta yang tak pernah ingkar

Uhibbuka fillah…
You are the best thing that I have ever had
Love, Heart, Hug
Your Love,
Yuni

Surat cinta tersebut saya buat dalam video lalu saya kirim melalui pesan WA. Ternyata tidak mudah ya membuat surat cinta. Memakan waktu kurang lebih tiga hari baru jadi lengkap dengan design dan instrumennya.

Lantas apa respon dari suami?. Dia kirim emot ikon serba “love”. Senangnya hati saya. Meski ekspresi dia memang tak sesuai ekspektasi. Itulah suami. But, so surprise, sepulang kerja saya diajak jalan-jalan dan shopping. How luck me :)

Menyelami Potensi Spesifik Anak

Saya belum bisa benar-benar memastikan apa bakat dan potensi spesifik anak saya mengingat usia anak saya yang baru menginjak satu tahun. Saya baru sampai pada tahap melakukan ceklis aktifitas yang membuat mata anak saya berbinar-binar. Namun memang belum sepenuhnya terlihat.

Adapun indikator yang saya pakai dalam menyelami bakat dan potensi anak saya adalah sebagai berikut.
  • Aktivitas mana yang konsisten dilakukan anak saya?
  • Kegiatan apa yang membuat anak saya menunda makan?
  • Kegiatan seperti apa yang membuat anak saya lupa waktu?
  • Aktivitas apa yang mendatangkan rasa bahagianya?
  • Pengalaman apa yang paling berkesan dan diingat anak dan mengapa aktivitas itu tak terlupakan?
  • Membuat daftar
  • Menemukan pola aktivitasnya
Menemukan Misi Spesifik Diri Sendiri

Dari hasil pemetaan potensi pasangan hidup serta anak kita, saya mulai menemukan titik terang mengapa kemudian Allah SWT menghadirkan saya di tengah keluarga ini?. 

Memiliki suami yang memilih profesinya  sebagai seorang guru SD (padahal ia lulusan S2) dimana Ia tahu betul tentang tumbuh kembang dan pendidikan anak. Dia tahu betul dahsyatnya usia golden age sehingga dia melarang saya bekerja di ranah publik minimal sampai usia anak saya 2 tahun. Terpukul memang melepas “gaji” bulanan pribadi.

Rupanya Allah menginginkan saya tetap menekuni passion saya sebagai seorang “pendidik” terutama untuk anak saya sendiri. Allah menginginkan saya tetap menyusun kurikulum, silabus, dan RPP tetapi bukan untuk siapa-siapa melainkan untuk anak sendiri. Allah SWT menginginkan saya tetap mendesign strategi dan media pembelajaran yang tepat guna membuat suasana pembelajaran yang menyenangkan tetapi lagi-lagi bukan untuk siapa-siapa melainkan untuk anak sendiri.

Mengenali Potensi Lingkungan Tempat Tinggal

Mengenai lingkungan tempat tinggal, Pertama, Allah menghendaki keluarga ini hidup mandiri. Orang tua kami berada di lintas pulau, orang tua di Magelang dan mertua di Lampung. Posisi ini memberi dampak “ya ada enaknya dan ada tidak enaknya”. Enaknya, kami bebas menentukan visi misi keluarga serta model pendidikan anak yang akan kami terapkan tanpa ada campur tangan dari keluarga besar. Tetapi tidak enaknya, kami yang sama-sama merintis dari nol harus benar-benar bisa mandiri baik secara ekonomi maupun saat ada kerikil menghadang keluarga kami.

Kedua, Allah menghendaki keluarga kami menjaga agama-Nya. Rumah yang kami tempati saat ini tepat berada di depan masjid. Dimana masjid tersebut hidup akan aktivitas keagamaan seperti TPA, kajian mingguan, bulanan, juga aktifitas-aktifitas positif lainnya. Ditambah banyaknya murid kami yang tinggal di satu komplek, menjadikan kami sungkan jika tidak terlihat di masjid. Merasa tidak etis dilihat oleh murid dan wali murid.

Ketiga, iklim sosial budaya yang sangat baik. Saling tolong-menolong, jaga menjaga, selamat menyelamatkan, saling menyayangi dan melindungi.

REFERENSI
www.republika.co.id
www.paud.id 
Materi MIIP sesi #3 “Membangun Peradaban Melalui Rumah”
Cahyono, Rudi. 2015. Daily Parenting. Jakarta: Panda Media.