DAY (15) - Gamel Level 2 - Melatih Kemandirian

HIKMAH MENYAPIH




Kurang lebih sudah lima hari ini saya konsern dalam penyapihan. Ada begitu banyak cerita yang mewarnai. Mulai dari Fazza yang uring-uringan saat diberi jadwal menyusui, uring-uringan saat menjelang tidur, sampai segala upaya dilakukannya agar bisa meraih si nenen.

Sungguh melelahkan memang. Apalagi kami berada di perantauan. Tidak ada yang bisa bergantian mengalihkan Fazza dari nenen selain saya karena suami bekerja seharian. 

Sempat terbersit rasa tak tega. Sempat juga terbersit “Kalau menyapih ini berhasil, nanti siapa lagi yang membutuhkan saya”. Mungkin semua ibu merasakan hal yang sama. Tidak bisa dipungkiri jika menyusui adalah momen terindah antara anak dengan induknya.

Namun saya tidak boleh diliputi rasa rasa bersedih dan bersalah karena menyapih. Hal ini  merupakan proses yang harus dilalui Fazza dalam proses kehidupan selanjutnya. Ikatan emosional kami juga tidak akan pernah terputus karena penyapihan.

Menyapih juga sebagai wujud ketaatan kita kepada Allah SWT. Dalam Al-Qur’an banyak sekali ayat yang mengungkapkan tentang perintah menyusui dan menyapih, antara lain:
“Dan kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada ibu-bapakmu . ibunya yang telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah dan menyapihnya dalam 2 tahun. Bersyukur lah kepadaku dan kepada ibu bapakmu, hanya kepadaKulah kembalimu.” (QS. Lukman: 14).


___Selesai___

#hari15
#gamelevel2
#tantangan10hari
#melatih kemandirian
#kuliahbundasayang
@institut.ibu.profesional


Referensi
Wida Azzahida. 2015. Menyususi dan Menyapih dalam Islam. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo