DAY (14) - Game Level 2 - Melatih Kemandirian

TIDAK MENAWARKAN ASI




Memaksimalkan the power of sounding sudah, mulai menjarangkan penyusuan sudah, saatnya konsisten untuk tidak menawarkan ASI.

Ku akui ini kelemahanku. Terkadang saya nggak mau ribet ketika menghadapi Fazza saat sedang rewel. Apapun penyebabnya, mau itu dia bosan, lapar, mengantuk, jatuh, saya ambil lah jalan “tikus” sebagai solusi terampuh.

Nah loh. Saat menyapih ini lah saya baru merasakan getahnya. Ketajaman emosional saya diuji untuk mampu meraba apa yang menyebabkan ia rewel. Lapar kah? Haus kah? Mengantuk kah? Sakit kah? Jika lapar, saya segera menawarkan makanan. Jika haus, saya memintanya mengambil minum sendiri. Jika ngantuk, saya mulai usap-usap. Jika sakit, saya menunjukkan rasa empati dengan menuip-niup.

Daaan.. karena sudah terbiasa dengan cara praktis, cara seperti ini sungguh sangat melelahkan pemirsah. Kemarin saya sempat tepar, tergeletak tidak berdaya. Saya bilang ke suami: “Mas, aku capek banget. Mau istirahat. Ayah pegang Fazza ya.”

Lelah memang IYA. Tetapi menyerah itu TIDAK MUNGKIN. 
Yuk mari kita lihat daftar kemandirian yang masih menanti:
  • Kemandirian dalam aspek intelektual (mandiri dalam berpikir, menata nalar dan memahami berbagai kondisi)
  • Emosi (mandiri dalam mengelola emosi serta reaksinya dengan tidak bergantung secara emosi dengan orang tua)
  • Sosial (mandiri dalam hal berani aktif dalam membina relasi sosial  dan tidak bergantung pada orang di sekitarnya)
  • Kemandirian dalam aspek ekonomi (mandiri dalam mengatur ekonomi kebutuhan tanpa bergantung pada orang tua)
Dari kesekian ceklis kemandirian tersebut, siapa lagi yang akan melatihnya kalau bukan kami orang tuanya?. Maka di bulan suci ini, saya memohon kepada Allah SWT dengan sebaik-baik permohonan agar senantiasa diberi kesabaran yang seluas-luasnya sebagai cadangan amunisi dalam melatih kemandirian Fazza.

___bersambung___

#hari14
#gamelevel2
#tantangan10hari
#melatih kemandirian
#kuliahbundasayang
@institut.ibu.profesional