BELAJAR DARI BEST PRACTICE A HOME TEAM

Sumber: Pixabay

Rasanya senang sekali berkesempatan mengikuti IG live PIJAR #1 dengan tema Strategi Menuju A Home Team Selama Pandemi di Selasar Institut Ibu Profesional, tanggal 20 Juni 2020 yang bersamaan dengan Hari Keluarga Nasional.

Sharing disampaikan oleh Mbak Ressy Laila Untari Ningsih dan dimoderatori oleh Mbak Nani Nurhasanah. Waw, dua wanita panutanque.

Temans yang penasaran dengan sesi Pijar #1 boleh menyimak youtube Institut Ibu Profesional di bawah ini ya..
https://www.youtube.com/watch?v=C76vtrwioJ8

Oiya, ini kali kedua saya mengikuti sharing dari Mbak Ressy. Temans yang sempat melihat aktivitas keluarga kami saat menyambut Bulan Ramadhan kemarin, inspirasi datang dari beliau juga.

Kerumunan Vs Tim

Mbak Ressy membuka sesi dengan menganalogikan kondisi kehidupan berumahtangga dengan "kerumunan" dan "tim".

Temas pasti sering dong berbelanja di pasar.. Kalau kita amati, di pasar ada banyak orang, namun semua sibuk dengan urusan masing-masing. Terkadang perlu interaksi, terkadang tidak. Terkadang ada komunikasi, terkadang tidak. Di sana, biasanya juga tidak ada rasa saling memahami. Tidak ada saling support.

Pernah melihat orang berkumpul karena adanya kecelakaan? Biasanya, orang-orang seketika berkumpul di tempat kejadian. Ada polisi, ada orang yang tidak sengaja melintasi jalan, juga mungkin ada pedagang di sekitar tempat kejadian. Nah, biasanya perkumpulan ini sifatnya seketika, cepat terbentuk dan komunikasi seperlunya bahkan mungkin tidak sama sekali.

Baik pasar maupun perkumpulan karena kecelakaan ialah contoh dari kerumunan.

Berbeda dengan tim, tim sepak bola misalnya. Pada sebuah tim, ada value yang disepakati. Ada tujuan bersama yang ingin dicapai. Ada kerjasama. Ada komunikasi dan kolaborasi. Mereka saling mengerti dan memahami bahkan tanpa keluar satu kata pun.

Keluargaku, kerumunan atau tim?

Uwuw, isin aku 🙈🙈
Awal pernikahan jelas masih berupa keluarga kerumunan. Tapi semenjak memiliki orang tua ideologis, kini kami mulai paham letak kesalahan dan paham apa yang harus segera diperbaiki. 

Mbak Ressy mengatakan bahwa masa pandemi covid-19 ini sebenarnya adalah waktu spesial yang dianugerahkan Allah SWT karena semua orang dituntut untuk banyak menghabiskan waktu di rumah. Belajar di rumah, bekerja dari rumah dan beribadah di rumah.

Nah, ini lah momen berharga bagi kami untuk men-charge energi baru, kembali menata diri menuju A Home Team.

Makna A Home Team

Home Team adalah tim yang dibentuk di rumah. Sementara A Home Team adalah home team yang bernilai "A".

Artinya, keluarga tersebut telah memiliki visi misi, memiliki value yang disepakati bersama, terbangun interaksi yang baik dan terjalin komunikasi yang baik.

Tentu impian kita bersama bisa membangun keluarga yang berkualitas bak hidup di syurga (baiti jannati). Platformnya sudah sangat banyak. Saya mulai mengenal keluarga Pak Dodik dan Bu Septi, Keluarga Doyan Dolan, Omah Project, Keluarga Semanggi, Keluarga Budiman, dan masih banyak lagi. Tinggal digali lagi keunikan keluarga ini. Bismillah ma'a shalawat.

Strategi Menuju A Home Team

Strategi menuju A Home Team sebenarnya sangat mudah. Seperti yang sering disampaikan oleh Pak Dodik dan Bu Septi melalui mantra:
Ngobrol bareng, main bareng dan beraktivitas bareng.
Nampak mudah sih, namun nyatanya dulu saya tidak tahu lho caranya ngobrol, haa. Tahu cara ngobrol ya saat belajar komunikasi produktif di kelas Bunsay 🙈🙈. Sederhana itu pun ternyata tetap butuh ilmu.

Berikut beberapa aktivitas yang mulai terbentuk di keluarga kami.

1. Kruntelan
Kami sama-sama hobi rebahan, hee. Ada yang sama? Halo #timrebahan?
Pada kondisi rileks seperti ini kami bisa saling mengungkapkan isi hati.

Tak terkecuali untuk anak kami Fazza, 3 tahun. Kami biasanya bertanya bagaimana perasaannya, besok ingin dibuatkan masakan apa, besok ingin main apa, dsb.

Hasilnya cukup baik memperbaiki mood kami. Fazza juga selalu antusias saat diundang bermain, karena dia sudah memilih sendiri jenis permainannya.

2. Home Education
Kami sama-sama menyenangi dunia pendidikan. Sama-sama suka mengajar. Menyusun lesson plan bersama, menyiapkan material belajar bersama dan membuat jurnal bagi kami sangat menyenangkan.

3. Urban Farming
Kami juga sama-sama berasal dari keluarga petani. Hanya berbeda lokasi saja. Saya petani dari daerah pegunungan, sedangkan suami dari dataran rendah.

Biasanya untuk menyiapkan ladang itu tugasnya Si Ayah, menanam - menyulam - merawat - dan menyiram tugas Bunda dan Fazza, sementara panen tugas bersama. Biasanya kami sampai rebutan ingin duluan aplot 😁😁

Baru tiga, selebihnya masih terus digali.

Eniwey, tulisan ini saya persembahkan untuk kado ulang tahun pernikahan kami yang ke-empat. Doa yang sama seperti saat berikrar dahulu, yakni membangun keluarga yang sakinah (penuh kedamaian, ketentraman dan kebahagiaan) dan mawadah warahmah (saling memberi "hadiah" serta saling memahami hak dan kewajiban).
Aamin...

Sumber Bacaan:
www.padepokanmargosari.com
www.institutibuprofesional.com
Youtube Institut Ibu Profesional
Comments
0 Comments

0 comments