RIVIEW BUKU: PSIKOLOGI KEMATIAN, MENGUBAH KETAKUTAN MENJADI OPTIMISME

Sumber: Koleksi Pribadi

Assalamu'alaikum temans..
Sudah cukup lama saya memiliki buku ini dan sampai sekarang masih sering dibaca sebagai pengingat bahwa kematian adalah kawan terdekat. Terlebih di masa pandemi ini dimana hampir setiap saat disuguhi berita kematian. 

Ya, mengingat kematian bak alarm untuk mencegah dari perbuatan sia-sia.

Selamat membaca 😍😍

IDENTITAS BUKU

Judul: Psikologi Kematian
Penulis: Komaruddin Hidayat
Penerbit: Penerbit Noura Books
Cetakan: Cetakan II, Mei 2016 
Jumlah Halaman: 226
Harga: Rp. 50.000,00
ISBN: 978-602-385-027-3

TENTANG PENULIS

Sumber: Wikipedia

Buku ini ditulis oleh cendekiawan ramah bersahaja. Beliau lahir di Desa Pabelan, Magelang pada 18 Oktober 1953. Beliau memulai pendidikan agamanya di Pondok Pesantren Modern Pabelan, lalu melanjutkan ke Fakultas Ushuluddin IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Setelah mendalami ilmu perbandingan agama di IAIN, dia melanjutkan studinya ke Middle East Univesity, Ankara Turki, Departemen Filsafat. Beliau juga pernah mengenyam pendidikan di Post-Doctorate Research di McGill University Montreal, Kanada dan Hartford Seminary, Connecticut Amerika Serikat.

Setelah menjabat sebagai Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, kini beliau menjabat Rektor Universitas Islam Internasional Indonesia (UIII).

Selain Psikologi Kematian, karya lainnya yang pernah dibuat adalah Psikologi Beragama, Psikologi Kebahagiaan, Tuhan Begitu Dekat, Wahyu di Langit dan Wahyu di Bumi, 250 Wisdom, Menafsirkan Kehendak Tuhan dan masih banyak lagi.

SINOPSIS

Sumber: Pixabay

Mengapa Psikologi Kematian?
Psikologi adalah ilmu yang mengkaji pikiran, perasaan dan perilaku seseorang dalam memandang kematian sebagai suatu peristiwa dahsyat yang sesungguhnya sangat berpengaruh dalam kehidupan seseorang.

Ada segolongan orang yang memandang kematian sebagai sebuah malapetaka yang merampas kenikmatan hidup, sehingga mereka memilih jalan hidup hedonistis sebelum kematian tiba.

Namun, ada pula yang berpandangan sebaliknya. Yakin bahwa hidup di dunia hanya sesaat dan kehidupan akhirat lebih mulia, maka mereka memilih jalan spiritual dan menjauhi kenikmatan duniawi, demi mengejar kebahagiaan yang lebih tinggi dan sejati di balik kematian.

Ada lagi segolongan orang yang tidak mau berpikir soal kematian karena dianggap tidak begitu berguna. Dipikir atau tidak dipikir toh akhirnya akan datang jua.

Menolak Kematian
Secara psikologis, sesungguhnya kita semua menolak kematian. Contoh yang paling mudah adalah setiap orang akan berusaha berobat ketika tertimpa sakit, karena sakit adalah pintu masuk bagi kematian.

Menariknya, justru karena adanya kesadaran akan mati, banyak karya dan peradaban besar manusia tercipta. Banyak yang berbuat baik, banyak orang menulis buku, banyak orang melakukan inovasi keilmuan, banyak gedung megah dibangun, itu semua didorong oleh keinginan agar dirinya abadi.

RESENSI BUKU

Secara garis besar, buku ini dibagi menjadi 4 pembahasan, yakni: makna kelahiran manusia, pencarian makna sebelum kematian datang, kematian bukan untuk ditakuti dan menyambut kehidupan abadi.

Berikut beberapa poin menarik pada setiap bab.

1. Makna Kelahiran Manusia

Pada bab ini, penulis menyatakan bahwa setiap hari adalah hari kelahiran dan juga kematian. Setiap hari kita melakukan pesta tasyakuran sekaligus doa pertaubatan kepada Allah SWT.

Sungguh manusia terlalu lemah sebagaimana tergambar sewaktu tidur, kita tidak mampu menguasai diri sendiri. Bahkan kita tidak sanggup menentukan judul mimpi kita. Oleh karena itu, beruntunglah bagi yang mimpinya selalu indah. Apa yang kita lakukan di siang hari akan menentukan mimpi di malam hari.

Everyday is Your Birthday. Be cheerfull and lest's share happiness!

2. Pencarian Makna Sebelum Kematian Datang

Pembahasan dilanjutkan dengan tema pencarian makna sebelum kematian datang. Merenungkan makna kematian tidak berarti lalu kita pasif. Sebaliknya, justru lebih serius menjalani hidup, mengingat fasilitas umur yang teramat pendek. Ibarat orang lomba lari, dia akan berpacu karena ada batas waktu dan garis finis. 

3. Kematian Bukan untuk Ditakuti

Bagi mereka yang hati, pikiran dan perilakunya selalu merasa terikat dan memperoleh bimbingan Allah, kematian sama sekali tidak menakutkan karena dengan berakhirnya episode kehidupan duniawi berarti seseorang setapak menjadi lebih dekat dengan Allah yang selalu dicintai dan dirindukan.

4. Menyambut Kehidupan Abadi

Bagian terakhir, penulis menyampaikan kunci sukses menyambut kehidupan abadi sebagaimana yang telah diajarkan Rasulullah. Rasulullah mengajarkan agar seseorang ketika meninggal hendaknya mewariskan ilmu yang bermanfaat bagi kemanusiaan, harta kekayaan yang dibelanjakan untuk kesejahteraan umat dan anak ataupun generasi yang saleh. Ketiga warisan itulah yang membuat seseorang panjang umur, sekalipun ia telah meninggal dunia.

Membaca buku bergenre tasawuf acap kali membuat kesulitan dalam memahami, tapi tidak untuk buku ini. Penulis dengan lihainya menggunakan analogi-analogi sederhana dan dilengkapi dengan kisah-kisah inspiratif, sehingga buku ini terasa ringan dibaca.


Comments
0 Comments

0 comments